Grafik Harga Dinar

Grafik Harga Dinar
25H Live Dinar Price Meter

Awal Proyek Besar Penyelamatan Kekayaan Umat


Semenjak Salma Dinar grup (Dinar Raihan) belajar bergerak dan mulai merangkak mulai bulan November 2008 lalu, alhamdulillah lebih dari seperempat Milyar rupiah dana masyarakat terselamatkan.

Kita menyebutnya penyelamatan, mengapa ?

Karena dana yang dimiliki tadi selamat untuk tidak mengalir tak tentu dalam bentuk deposito, saham, tabungan biasa dan valuta asing.

Mereka mempercayakan dananya, dengan ijin Allah, untuk disimpan/diinvestasikan dalam bentuk Dinar emas, yang telah dan akan terus kita teriakkan dan perjuangkan penggunaannya di masyarakat.

Sebagian dari mereka menabung untuk haji, mempersiapkan biaya nikah dan mahar, menyelamatkan uang pesangon pensiun, menarik tabungan yang didapat dari bonus tahunan perusahaan, menabung biasa dari kelebihan pendapatan bulanan, dan lainnya. Pada dasarnya, motifnya satu yakni menyelamatkan nilai kekayaan mereka dari kehancuran.

Bagi pembaca yang mengamati cukup lama ekonomi Islam, termasuk di dalamnya Dinar Islam, konsepsi anti-riba, keadilan dan kemakmuran dalam Islam, kita pasti dapat menemukan, bahwa ujung pangkal berbagai krisis ekonomi, perampokan asset dan kekayaan perorangan, perusahaan dan negara, salah satunya adalah uang kertas.

Seluruh medium transaksi kita, yaitu uang kertas, muatan sistemnya, yaitu riba, serta proses money creation melalui ketentuan cadangan minimum di bank, kita ketahui telah haram. MUI pun telah memfatwakan keharamannya. Perihal praktik ini dikupas di buku pak A. Riawan Amin, Satanic Finance yang terkenal itu.

Syaikh Hasan Al-Banna rahimahullah mengatakan setiap dari kita memiliki peran untuk mengkontribusikan batu bata bangunan Islam, yang (seharusnya) kokoh, rapi dan utuh ini.

Dan sesungguhnya, upaya bersama kita, untuk mengalih bentuk kekayaan kita dari asset hampa menjadi asset yang hakiki berupa Dinar (dan Dirham) Islam, adalah bagian bentuk membangun bersama bangunan Islam tersebut.

GeraiDinar, seluruh jaringan keagenan, dan masyarakat sebagai pengguna (sekaligus investor), insha Allah saling menguatkan untuk 2 tujuan besar yang kita cita-citakan, yaitu :
-         Pertama, menyelematkan kekayaan ummat, kemudian
-         Kedua, membangun ekonomi Islam yang adil dan mensejahterakan

Bayangkan jika dalam 3 bulan ini, SalmaDinar secara sendiri bisa menjadi mediator terselamatkannya uang lebih dari 250 juta rupiah, maka dalam setahun kira-kira akan ada 1 Milyar rupiah kekayaan yang akan tetap bertahan di kantong-kantong, dompet dan lemari-lemari umat Muslim

Jika 7 jaringan keagenan yang lain
(GeraiDinar & Dinar Raihan) bekerja simultan, maka bisa mencapai 10 Milyar per tahun. 10 Milyar mungkin angka yang kecil dibanding jumlah peredaran uang di masyarakat, secara nasional maupun internasional. Namun 10 Milyar itu adalah 10 Milyar yang hakiki. 

10 Milyar setahun yang secara perlahan akan meruntuhkan hegemoni ekonomi kapitalis yang menghancurkan. 10 Milyar yang tidak pernah beredar di lembaga keuangan untuk membiayai praktik bisnis kotor, atau menjadi kucuran kredit kepada konglomerat hitam - bukannya pengusaha dan petani kecil yang sangat memerlukan tambahan modal, 10 Milyar yang tidak liar dan mengalir keluar untuk menjadi peluru, misil dan tank yang membunuhi saudara-saudara kita di Palestine, Pakistan, Kashmir, Irak, Somalia dan Afghanistan.

Allahua’lam

Dinar Emas di Tengah Ancaman Deflasi dan Tingginya Inflasi


Dinar Emas di Tengah Ancaman Deflasi dan Tingginya Inflasi


Ketika krisis melanda Indonesia tahun 1998, saat itu saya adalah salah satu korbannya. Sebagai direksi di sebuah perusahaan publik, saya punya investasi di saham dan juga deposito. Deposito Rupiah yang saya kumpulin dari jerih payah bertahun-tahun nilainya terpangkas menjadi tinggal seperempatnya hanya dalam beberapa bulan krisis.

Investasi saham lebih buruk lagi, karena selain nilainya dalam Rupiah anjlog. Rupiahnya sendiri tinggal seperempat dari Rupiah sebelum krisis. Pukulan bertubi-tubi selama krisis ini menghanguskan sebagian besar dari investasi yang saya bangun sejak awal karir.

Alhamdulillah saya bersyukur dengan pertolongan Allah dimudahkan untuk memahami fenomena finansial yang ada di sekitar kita, sehingga ketika krisis ini berulang sepuluh tahun kemudian (2008) – saya tidak perlu menjadi korban lagi.

Sesungguhnya tidaklah sulit untuk memahami apa yang terjadi dengan system keuangan yang berbasis uang kertas ini, data-datanya tersebar di berbagai sumber yang dapat dipercaya. Grafik diatas misalnya, saya ambil dan olah datanya dari Pacific Exchange Services dan Kitco.

Apa yang bisa kita lihat dari grafik diatas sesungguhnya ?. Dari statistik yang ada – tataran ilmu manusia – menyatakan bahwa US Dollar pasti jatuh - karena sepuluh tahun terakhir sudah menukik tajam. Kalau diibaratkan pesawat terbang dengan ketinggian 100% (Januari 2000), saat ini ketinggian tersebut tinggal 32% saja.

Mata uang kertas lain tentu tidak jauh berbeda, apalagi Rupiah yang mempunyai kecenderungan lebih buruk dibandingkan US Dollar – saat ini ketinggiannya tinggal 21% saja dibandingkan dengan ketinggan Januari 2000 – lihat tulisan saya tanggal 24 Januari 2009 lalu untuk ini.

Dengan apa kita mengukur ini semua ?, dengan ‘uang riil ‘ yng memiliki daya beli tetap yaitu Emas atau Dinar (yang disebut Dinar adalah emas juga dengan berat 4.25 gr, kadar 22 karat). Kita hanya bisa mengetahui daya beli suatu mata uang naik atau turun apabila ada pembandingnya yang baku sepanjang zaman, salah satu pembanding baku inilah emas dan Dinar itu.

twenty centuryDalam sejarah mata uang kertas, ternyata mata uang kertas ini hnya mengalami kenaikan daya beli yang cukup berarti apabila ada depresi yang sangat parah. Sejarah US$ sepanjang abad lalu misalnya, hanya mengalami kenaikan daya beli yang berarti ketika terjadi the great depression 1930-an. Di Jaman zaman yang relatif normal, uang kertas terus mengalami penurunan nilai.

Lantas crash semacam apakah yang perlu kita antisipasi kedepan ?. Para analis berbeda pendapat dalam hal ini.

Bagi yang memperkirakan bahwa credit collapse di seluruh dunia akan berlanjut, maka ancaman deflasi yang perlu di waspadai. Dalam situasi deflasi, likwiditas adalah raja. Kita bisa saja kaya dengan asset riil, kalau likwiditas kita lemah – maka bisa jadi kita terjebak dalam kesulitan yang nyata.

Mengantisipasi deflasi dapat dilakukan dengan menjaga likwiditas kita, namun kalau kita menjaganya dengan likwiditas uang kertas – bila yang terjadi ternyata bukan deflasi tetapi inflasi – maka kita justru akan terjebak di problem berikutnya.

Bila yang terjadi adalah inflasi yang terlalu tinggi, atau perubahan dari tahapan deflasi ke inflasi yang terlalu cepat – maka likwiditas uang kertas kita bisa mendadak kehilangan nilainya.

Jadi apa solusi kita ?. Dinar atau Emas jawabannya.

Dinar atau emas adalah asset riil yang selalu mudah untuk dijual menjadi cash di masa deflasi sekalipun; dan tidak perlu mengalami penurunan nilai /daya beli di kala inflasi tidak terkendali.

Keunggulan emas ini bahkan juga diakui oleh para praktisi investasi dunia seperti pernyataan Morgan Stanley yang disiarkan CNBC dua hari lalu : "Gold looks to be the investment area that provides significant upside under the inflation-rebound scenario and relative resilience in the deflation scenario, gold should be one of the best hedges for investors".

Jadi siap menghadapi financial crash landing berikutnya ? siapkan Dinar sebagai parasut dan pelampung Anda.
Wallahu A’lam. 

Written by Muhaimin Iqbal
Thursday, 29 January 2009 06:42

Tabungan Uang Kertas Sulit Dipegang


Apakah yang menyebabkan tabungan uang kertas sulit untuk dikendalikan?... apakah karena tabungannya ataukah karena uang kertasnya ya?... Mungkin Hal-Hal dibawah ini dapat menjawabnya

Seperti kita ketahui bersama :
1. Tingkat bunga / bagi hasil yang rendah dari hasil tabungan kita harus ‘berkompetisi’ dengan inflasi.
2. Tingkat bunga normal untuk tabungan adalah 6% - 8%, atau deposito tertinggi adalah 10%. Sementara tingkat inflasi secara rata-rata dalam 10 tahun terakhir adalah 12,5%.
3. Situasi menjadi lebih buruk, ketika hasil dari tabungan itu nantinya akan kita belanjakan produk / jasa yang nilainya tergantung nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing (USD, Pounds, Euro atau Yen). Misalkan : peralatan elektronik, otomotif, atau jasa perjalanan Haji dan Umroh
4. Rupiah memiliki trend terus ter-depresiasi terhadap USD
5. Inilah 2 hal yang harus dihadapi Tabungan Uang Kertas :
- TINGKAT INFLASI
- DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH
Kedua hal diatas adalah faktor eksternal yang hampir tidak mungkin kita kontrol, baik oleh NEGARA, apalagi PRIBADI

Oleh Karena itu bagi masyarakat yang memiliki dana dalam tabungannya dan bermimpi untuk mendapatkan keuntungan dari hal ini sebaiknya berpikir 1000x melihat kenyataan yang telah kita jalani akhir-akhir ini

Dan mulailah mencari platform investasi baru yang lebih menjanjikan seperti berinvestasi dalam sektor riil ataupun investasi dalam emas tentunya melihat performance emas yang cukup baik 10 tahun belakangan ini.